Kemarin saya sudah berbagi cerita soal jadi relawan. Kali ini saya mau berbagi cerita soal mencari kehijauan daitengah abu-abu. Pasti pada bingung deh maksudnya apaan nih sa?
Seminggu saya dan teman-teman menjadi relawan, sibuk kesana kesini. Ngurus ini itu, dan bergelut dengan cuaca ekstrim kota Yogya saat itu. Kenapa saya katakan ekstrim, karena setiap hari mendung menggila dan hujan yang terus menerus tanpa henti. Benar-benar cuaca yang aneh dan ekstrim, belum lagi debu/abu merapi yang turun terus menerus. Pada akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat sejenak dari kesibukan dan mencari ketenangan pikiran dan jiwa kami. Dengan kata lain refresh otak dari suasana yang mencekam.
Kami sepakat untuk pergi ke daerah Ponjong - Gunung Kidul. Kenapa kami memilih kesana, karena disana sempat menjadi lokasi KKN saya dan seorang teman saya. Desa yang menjadi posko saya dulu adalah desa Tegalrejo, dengan kepala dukuh yang bisa saya bilang gaul habisss. Nggak pernah repot ngurusin kami dan menganggap kami sebagai keluarga. Sehingga kami tidak sungkan untuk datang main-main disana, keluarga bapak dukuh juga sangat ramah dan selalu menerima kami untuk menginap dirumah mereka.
Saat memasuki wilayah gunung kidul, udara masih sejuk dan poon-pohon masih hijau. Sangat berbeda dengan kota Yogya yang diliputi abu disana sini. Sampai di desa Tegalrejo suasana sepi dan damai semakin terasa. Saat itu sudah menjelang sore hari sehingga penduduk desa sudah masuk ke dalam rumah mereka masing-masing. Sampai dirumah bapak dan ibu dukuh, kami selalu disambut ramah. Dua orang yang kami ajak pun sangat senang diajak kesana. Bapak dan ibu mempunyai dua orang anak, seorang anak wanita yang bernama Dosy dan seorang anak lelaki yang bernama Reza. Saat itu Dosy sudah bekerja di gramedia kota Yogya, sehingga kami hanya disambut oleh senyum Reza saat kami tiba disana. Beristirhat sejenak, akhirnya Reza mengajak saya untuk bermain cautr, dan hasilnya dia selalu kalah (saya kan jagoan). Melihat kami asik bermain, akhirnya yang lain ikut bermain monopoli. Sata ibu dan bapak menyuruh mandi, yang ada malah jadi males mandi.
Suasana di desa tegalrejo memang nymana, hanya suara jangkrik dan sapi saja yang sering terdengar, itu kalau bapak dukuh sedang tidak mendengarkan wayang disalah satu radio. Karena jika bapak sedang mendengarkan wayang, volumenya harus dibesarkan dan semua yang di dalam rumah harus ikut mendengarkan, suka atau tidak suka (kasian ye). Tapi justru dari situ saya kadang suka ikut mendengarkan wayang. Malam itu banyak bintang dilangit, bapak mengajak kami untuk duduk-duduk dihalaman luar rumah. Kami pun duduk sambil bebaring menikmati malam. Banyak sekali bintang yang akhir-akhir itu tidak kami jumpai di kota Yogya. Benar-benar suasana yang sangat berbeda. Bersyukur kami masih bisa menikmati indahnya malam dan pagi di sisi lain D.I.Y.
Sampai subuh kami berada diluar dan akhirnya memilih masuk untuk tidur di dalam kamar karena dingin sudah mulai menusuk-nusuk tubuh kami. Pagi hari saat kami bangun, matahari dan langit sangat cerah. kami memang berencana akan ke pantai hari itu. Mengobrol, makan siang, dan berbagi cerita serta tawa lagi dengan keluarga di ponjong lalu kami akhirnya berangkat menuju pantai. Ingin rasanya menambah satu hari di desa itu lagi, tetapi tugas kami menjadi relawan belum selesai saat itu. Sehingga kami memilih untuk melanjutkan perjalanan ke pantai.
Pantai yang kami tuju saat itu adalah pantai Siung, pantai yang keren dengan tebing tinggi yang dapat dipanjat sehingga kita dapat melihat indahnya pesisir dan laut yang ada dipantai itu dari atas. Beneran ini pantai keren banget, betah saya berada diatas tebing itu. Kami menikmati sampai sunset menjelang, tapi sayang sore itu mendung hingga kami harus cepat-cepat turun dan mencari tempat berlindung. Untung saja saat kamis sudah dibawah, hujan baru turun deras. Kami berteduh sejenak sampai hujan reda, dan akhirnya kami pulang dengan satu cerita baru dari perjalanan kami yang saya tulis dan bagikan dalam blog saya ini buat semua yang baca.
Well, perjalanan ini mungkin biasa saja. Tetapi perjalanan ini malah menunjukkan pada saya betapa besar memang kuasa pemilik alam ini pada kita.Perjalanan ini juga menunjukkan pada saya, saya yang menjadi relawan saja masih berpikir untuk refresh otak walau sehari, apalagi pengungsi yang setiap hari berada di tempat yang sama dengan situasi serta kondisi yang sama. Pantas saja jika akhirnya banyak pengungsi yang menjadi stress, karena tidak ada hiburan yang dapat menyegarkan otak mereka. Hijau dan Biru memang warna yang sangat sempurna menurut saya bagi orang yang memang bergelut dengan Abunya Merapi. Beruntung bagi saya dan teman-teman dapat menyegarkan otak, dan akhirnya dapat berbagi keceriaan lagi bersama adik-adik di pengungsian. Hidup tidak hanya tentang menikmati sendiri kedamaian yang kita rasakan, tetapi hidup adalah berbagi kedamaian dan keceriaan bagi mereka yang sedang mencarinya. Salammm.....
Tebing Pantai Siung |
Pohon Tua Di Desa Tegal Rejo |
Bendungan Dan Pohon Tua Di Desa Tegal Rejo |
Pantai Siung Dari Bawah |
~sasa~
No comments:
Post a Comment