Greensasa

Coretan Tanpa Batas Dari Seorang Perempuan Biasa Yang Ingin Berbagi Tentang Hidup Bagi Siapa Saja Yang Berminat Membacanya....

Friday, August 24, 2012

Gank Dapur On Story, Version By Greensasa



Pada akhirnya semua karyawan yang ada dibawah perusahaan Mamberamo 2 harus pergi meninggalkan Mamberamo menuju Wasior atau Waropen satu persatu. Berawal dari Irma dan Riva yang sudah berangkat lebih dulu menuju Waropen tanpa pemberitahuan apa pun sebelumnya. Selanjutnya saya dan Theo, kami di tunjuk untuk cepat berangkat ke Wasior mewakili departement masing-masing.
Ada rasa senang karena bisa beranjak ke lokasi baru dan tidak terkungkung lama di dalam hutan Mamberamo lagi. Tetapi ternyata rasa senang itu tidak berbanding apa-apa dengan rasa sedih yang kami rasakan. Di Mamberamo kami mendapatkan 'keluarga baru', yaitu teman-teman sesama camp yang saling support antara satu dengan yang lain dan rata-rata suka nongkrong di depan dapur staff perusahaan mess kami.

Keluarga baru itu terdiri dari berbagai departement, kami menyebut diri kami 'Gank Dapur'. Nama ini tercetus oleh Pak Lukman karena kami semua terbiasa untuk nongkrong di depan dapur. Berkumpul, berbagi cerita tentang atasan, teman mess, pekerjaan yang bikin stress, karyawan lain, serta masyarakat lokal dengan tingkah pola mereka yang aneh-aneh. Semua kami bahas, keceriaan tidak pernah surut dalam hari-hari kami. Makanan selalu tersaji menemani acara nongkrong bareng di depan dapur. Kartu menjadi permainan utama untuk kami mainkan jika sudah jenuh dengan cerita yang itu-itu saja. Selalu ada cara untuk menghabiskan sisa sore dan malam hingga saat waktu tidur malam menjelang. Foto-Foto menjadi ritual yang kerap ada dan kerap lenyap, tergantung siapa yang bersedia di foto dan menjadi fotografer dadakan saat itu. 
Perpisahaan untuk berjumpa lagi, mungkin itu yang kami yakini karena sudah banyak rencana yang kami susun. Salah satunya adalah liburan awal tahun di Jogja, karena dekit-detik terakhir kami berada di Mmaberamo itu maka kami memanfaatkan sebaik-baiknya semua moment untuk diabadikan dan siap untuk dilaksanakan bersama-sama. Satu berangkat yang lain juga berangkat, satu tinggal yang lain juga akan tinggal.

Moment kebersamaan menjelang detik-detik terakhir di Mamberamo berawal pada saat lebaran tahun 2012, kami berkumpul untuk lebaran bersama ke Camp Agathis dan ke daerah Distrik Burmeso. Perjalanan yang menyenangkan dengan menggunakan mobil merah silver bernomor 01. Mobil yang dulunya dimiliki orang nomor 1 dan 2 di tempat kami bekerja. Mobil yang jarang sekali mengangkut banyak penumpang, tapi akhirnya kami lah yang memulai dengan penumpang yang lebih dari 15 orang dalam satu mobil strada merah itu.

Canda tawa menghiasi perjalanan kami sampai di tempat tujuan, ke Camp Agathis bersilahturahmi dengan karyawan yang sedang merayakan idul fitri, kemudian lanjut menuju Burmeso. Beberapa jam di Burmeso, akhirnya kami kembali pulang. Perjalanan pulang dari Burmeso pun dihiasi dengan canda tawa. Mampir ke beberapa tempat untuk berfoto. Lokasi kantor bupati/anggota dewan itu menjadi tempat paling favorit kami untuk berfoto bersama maupun ajang narsis diri pribadi. Dari tempat tersebut kita dapat melihat Mamberamo  dari ketinggian. Indah dan luar biasa sekali kelihatannya. Setelah puas kami kembali pulang ke Camp dengan senyum dan tawa, serta kenangan tak terlupakan.

Perjalanan kedua kami adalah menuju Kaso, sehari sebelum saya dan Theo berangkat menuju Wasior. Dengan bermodal bujuk rayu kepada pak 'D' untuk memberi ijin kami jalan-jalan sebelum berangkat akhirnya kami diberikan bon trip speed untuk ke Kaso. Lagi-lagi kami kelebihan penumpang speed yang hanya untuk 8 orang tetapi kami gunakan sampai 15 orang untuk satu speed.

Theo sudah membujuk pak 'D' untuk menggunakan dua speed, tetapi tidak diberikan oleh beliau. Sesampai di Kaso kami langsung menuju warung ikan bakar yang berisikan mba-mba cantik sebagai pelayan dan penjual di warung tersebut. Kami memesan ayam dan ikan bakar, foto sana sini serta akhirnya makanan kami datang. Doa makan saat itu dipimpin oleh pak Lukman, doa yang benar-benar menyentuh hati kami masing-masing saat itu. Indah kebersamaan kami saat itu tidak dapat terukir dengan kata-kata.
Kali itu rasa ingin meninggalkan Mamberamo benar-benar hilang, berat untuk pergi meninggalkan teman-teman 'Gank Dapur' tersebut. Kebersamaan ini yang pasti akan membuat saya sangat merindukannya jika saya sudah berada jauh dari mereka. Canda tawa, keceriaan, support dan rasa menjaga satu dengan yang lain membuat ikatan makin kuat di antara kami.

Selesai makan malam kami mulai beranjak untuk menjelajah Kaso demi mencari pop mie, dan ajang narsis dengan foto dimanapun serta kapan pun terus berlanjut. Keceriaan kami sedikit tecoreng karena ceramah singkat pak 'D' tentang speed yang overload dan berangkat di malam hari. Tetapi kebahagiaan dan kebersamaan kami terus berlanjut hingga tengah malam dan senyum terus mengembang di wajah kami masing-masing.

Hari saat saya dan Theo harus berangkat akhirnya tiba. Sekali lagi saya katakan, sungguh berat meninggalkan Mamberamo dengan teman-teman yang masih ada disana. Sedih dan haru bercampur aduk, tapi sebisa mungkin saya tahan untuk tidak bersedih di depan mereka. Karena saya yakin kami pasti akan bertemu dan berkumpul kembali. Perjalanan speed menuju Dawai ternyata cukup melelahkan, untung kami sempat membeli makan siang di Trimuris. Bersyukur kami punya Cornelles, motoris handal yang bisa di andalkan untuk mencuri waktu beli makan siang di Trimuris. Mampir di Gesa hanya untuk sekedar lewat, bertemu dengan para brimob yang akan kembali bertugas ke Mamberamo. Speed sudah menunggu kami menuju ke Dawai. Setiba di Dawai hal pertama yang saya ingin tahu adalah seramai apa Dawai itu. Ternyata Dawai memang ramai, bahkan terkesan berisik karena hampir seluruh karyawan serta masyarakat menggunakan kendaraan beroda dua.

Namun keramaian Dawai tidak cukup membuat saya senang karena saya merasa kurang lengkap dengan tidak adanya teman-teman 'Gank Dapur'. Jika saja ada mereka saat, pasti kami tidak akan tinggal diam. Dawai akan kami jelajahi  hingga seujung kuku pun. Rasa rindu dalam kebersamaan itu menggerogoti, ingin rasanya kembali ke Camp tapi perjlanan ini harus terus maju bukan mundur, dan saya yakin kami pasti akan bertemu dan berkumpul lagi di tempat yang saya dan Theo tuju saat ini yaitu Wasior.
Kami mungkin harus lebih dulu menginjakkan kaki di WASIOR, tempat dimana kami akan mengukir kenangan bersama nantinya. Tunggu Kami 'Gank Dapur' WASIOR......



regrads
sasa


No comments:

Post a Comment