Wasior! Akhirnya samapai juga saya di tempat ini. Pemandangan luar biasa, tepi pantai yang meliuk elok. Benar-benar tempat yang saya idamkan selama masih di Mamberamo. Laut, begitu cintanya saya dengan laut walaupun tak bisa berenang tetapi berdiri di pantai dan menhirup udara laut membuat pikiran saya menjadi lebih segar.
Camp tempat saya dan teman-teman berada saat ini memang jauh dari sempurna dan berbanding terbalik dengan camp di Mamberamo. Tapi ada hal yang lain yang membuat saya merasa tidak perlu banyak mengeluh karena inilah resiko tempat baru yang baru-baru saja dibuka.
Sudah tiga hari kami berada di Camp ini, tapi tidak banyak yang kami kerjakan. Hanya berada di kantor seharian, bosan juga rasanya tidak mempunyai kerjaan. Mungkin rasa bosan kami itu di dengar oleh Tuhan, dan melalui ajakan Zainuddin yang seorang operator Dump Truck untuk pergi memancing di pantai itulah saya merasa Tuhan mendengar doa saya.
Sore hari Nuddin mencari kami di kantor dan mengajak kami untuk memancing tetapi Theo, Sarah dan Pak Mantri Budi memilih untuk tetap tinggal di kantor. Jadi hanya saya dan Endang saja yang berangkat memancing dengan pak polisi, bang Salim/bang gondrong, Sigit, dan Ilyas. Kami berangkat dengan menggunakan DT (Dump Truck) 43 yang dikemudikan oleh Nuddin. 43 adalah nomor masing-masing unit kendaraan. DT berjalan mulus, alat pancing sudah siap. Saat DT sampai di jalanan yang menurun menuju logpond, ternyata jalan utama tersebut ditutup dengan batu-batu sehingga tidak dapat kami lewati.
Akhirnya Nuddin mengemudikan DT ke arah kiri jalan menuju lokasi yang akan dibangun kantor, dia mengikuti instruksi dari bang Salim, Ilyas, dan Sigit. Walaupun dia menyakinkan kalau lebih baik DT tersebut diparkirkan saja di depan tumpukan batu dan kami berjalan kaki saja. Tetapi instruksi abang-abang tadi jauh lebih kuat dari pada keyakinannya sendiri. DT dapat melintas mulus menuju Logpond.
Kami turun satu persatu, dan mulai mempersiapkan senjata pancing kami. Cukup lama kami memancing tetapi tidak satu pun dari kami yang mendapatkan ikan, bahkan berkali-kali kail kami sangkut di karang. Hari semakin sore, pak poli berteriak memanggil kami untuk pulang. Dia berjalan lebih dulu menuju rumah penduduk setempat bersama Sigit, dan kembali lagi ke tenpat dimana DT di parkir dengan membawa beberapa ikat ikan barakuda dan cakalang. Semua sudah siap untuk bergegas pulang kembali ke Camp. tetapi permasalahan kami adalah bagaimana kami akan pulang? DT tidak bisa naik melewati jalan tanah liat merah dimana kami lewati tadi. Nuddin sudah mencoba berkali-kali tetapi tidak berhasil, bang Salim mencoba juga dan sama tidak berhasil. Aakhirnya kami memutuskan untuk berjalan kaki saja.
Awal perjalanan kami lancar tanpa hambatan, sampai akhirnya kami menemukan batuan material yang berserakan di jalan utama yang tidak dapat kami lintasi saat akan turun ke Logpond tadi. Kami tidak mungkin berhenti berjalan dan kembali melewati jalan liat merah yang cukup jauh di belakang sana dan jalannya cukup memutar sehingga tidak menghemat waktu. Sehingga mau tidak mau, kami tetap emmilih untuk meneruskan jalan dengan melewati batu-batuan tersebut. Jalannya cukup terjal, kami harus memanjat dan mencari batu-batuan yang kokoh untuk menjadi pijakan kami. Cukup lama kami memanjat, dan perlahan-lahan kami beranjak maju, dengan sedikit bantuan bang Salim akhirnya saya bisa sampai di tempat yang bebas bantu. Sedangkan Endang dibantu Nuddin, Sigit dan Pak Polisi membantu kami dengan hiburan canda sehingga kami bisa t yang sedang kami lewati tersebut tertawa melupakan jalan yang terjal dan berbatu-batu yang sedang kami lewati tersebut. Sementara Ilyas memilih melewati jalan yang memutar dibelakang sana.
Keringat bercucuran ditubuh kami, tapi tidak ada keluhan apa pun yang keluar dari mulut kami. Hanya canda dan tawa. Walau bang Salim berkali-kali berkata "Kasian anak orag dibuat begini" tapi kami tetap menikmati perjalan tersebut tanpa mengeluh. Selama perjalanan yang terbayang di kepala saya adalah ikan bakar, karena jujur saja baru tig ahari di camp baru ini saya sudah merasa bosan dengan menu makanan yang berupa mie dimana hampir setiap jam makan kami hanya menu itu saj ayang tersedia. Dan perjalanan ini merupakan hal pertama yang membuat saya mulai menikmati lokasi baru bersama operator-operator yang jauh dari kesan kasar seperti apa yang saya bayangkan selama ini. Tampak luar mereka mungkin memang kasar dan sangar, tetapi ternyata mereka jauh lebih baik dari yang mungkin kami pikirkan selama ini.
Perjalanan dan awal perkenalan kami berakhir dengan acara ikan bakar di depan mess Pak Polisi dan bang Salim. Perjalanan juah hampir 2 kilo kami tempuh terbaya dengan enaknya ikan bakar yang dibakar oleh Pak Polisi dan bang Ilyas. Rasa puas campur senang membuat kami melupakan 2 kilo perjalanan, dan terjalnya batu-batu yang kami panjat untuk kembali ke Camp tadi.
Kembali lagi saya berucap syukur pada Tuhan karena bisa mengenal orang-orang ini sebelum akhirnya mereka pulang kembali ke kampung halaman mereka tanggal 31 Agustus 2012 nanti.
Regards,
Sasa